Minggu, 08 Januari 2017

Si Mungil Kaos Kaki Part 1

Di senja itu, yang entah hari dan tanggal berapa aku lupa. Untuk pertama kalinya kukenakan sepasang kaos kaki ke masjid sekolah. Sore itu sebenarnya sedang tak ada kegiatan, aku dan penghuni kamar yang lain pun semuanya sudah bersih dan bersiap ke masjid menjemput datangnya waktu shalat maghrib. Tidak tahu-menahunya, dalam kamar kami(baca: kamar 29 Aspi) aku  tiba-tiba termenung melamun. Lamunan itu sebenarnya aku juga tak mengerti apa maksudnya. Seperti kosong, tapi aku tetap sadar dengan keadaaan sekitar, yang waktu itu ialah semua penghuni kamar kami sedang asik dengan topik yang mereka bahas-tanpaku-.

Masih aku tenggelam di dalam kata melamun. Tapi sejenak, entah karena apa, aku yang saat itu sedang duduk di atas kasur tempatku tidur pun tiba-tiba dengan sendirinya berdiri dan kemudian membuka lemari pakaian bagian bawah. Taukah bahwa ternyata benda yang aku ambil dalam lemari itu adalah sepasang kaos kaki yang entah warna apa aku lupa, dengan masih tidak sadarnya aku memakai sepasang benda mungil itu untuk membalut kedua kaki ini. Teman kamarku juga tak ada yang sadar dengan hal ini, hanya seorang saja yang ngewelcome in aku dan kaos kakiku. Iya, dialah Desi Puji Astuti, Mbak Des adalah nama yang biasa aku panggilkan untuknya.

Iya, dia memang lebih dulu mengenakan benda mungil si kaos kaki. Keluarganya juga sama seperti itu juga hhmm:). Balik lagi ke benang merah, setelah itu yaaa kami berjalan berdua menuju masjid sekolah seperti biasa.

Terkadang, aku pun sering bertanya-tanya atas peristiwa yang menurut penilaian kacamata hati ini adalah salah satu kisah paling mendalam di kehidupanku. Ya, paling mendalam.
"Oh Allah, apakah ini yang namanya hidayah? Apakah ini pula yang namanya taufik darimu? Ini pulakah yang dinamakan bukti cintaMu pada hambaMu yang teramat sering  berbuat salah?"
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering kali menggelitik saat aku terlintas mengingat kamar 29. Kamar penuh cerita, penuh dinamika yang aahhh aku tak tahu harus bagaimana mengungkapkannya.

Okky Fatimah Azzahra si suara emasss, Yunita Astiyanti si cerewet bawelll, Kristina Putri Padila yang kocak abis meski terkadang sok dewasa, Desi Puji Astuti yang kalemnya luar dalem, Ulfa Dwima Miraldza yang selalu belajarr. Ah entahlah, kalian mengisi begitu banyak memori kehidupanku di kelas sebelas. Kangen weyy kalo inget lagi tentang asrama, ngga ada tempat yang sama setelah resmi keluar dari asrama kita tercinta itu, ASPI alias Asrama Putri.

Kaos kaki ini tak sulit untukku menjaganya ketika di lingkungan sekolah. Tapi ujian terbesarnya adalah ketika IB alias Izin Berlibur. Di rumah masih bongkar pasang nih kaos kaki. Hanya kalau pergi yang mengharuskan pakai kendaraan barulah dipakai. Tapi tak apa, itu prosesku beberapa bulan dari hari pertama pakai si mungil. Semakin kesini semakin percaya diri dan lebih kecenya adalah semakin keballl tuh sama ujian atas apa pendapat orang lain tentang ini.

"Hidayah itu selalu ada, namun taufiklah yang harus selalu dijemput" ~Aud~

Semoga Bermanfaat:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar