Selasa, 26 Februari 2019

OTAKKU TAK SAMPAI

Berkelut mentari, berbaur senja
Demikianlah keseharianku
Tetiba kulihat wanita seusiaku
Meraung rintih menanti kasih

Oh Tuhan, adakah aku terlalu egois?
Atau fikiran mereka yang amat sempit?
Kudengar mereka hijrah, namun memaksa datangnya kasih?
Sungguh tak sampai otakku berfikir

Apakah mereka kira,
Menikah adalah satu-satunya pintu bahagia?
Kudengar dari ibuku, menikah adalah pintu permasalahan
Aku tak benar-benar yakin mereka siap
Atau sebenarnya hanya ikut-ikutan?

Aku penasaran, apakah kesiapan itu telah benar-benar ada?
Untuk segala hal termasuk kemungkinan terbaik, bahkan terburuk sekalipun?
Jika suaminya diPHK misalnya? Anak yang rewel?
Bahkan seandainya sang suami "nakal"?

Tak ada yang ingin dapat suami demikian
setiap wanita pasti mendamba sosok terbaik,
Aku tahu itu
Namun pertanyaannya, pantaskah engkau mendapat yang terbaik?

Ingin yang sholeh, katanya. Sudahkah engkau sholeha?
Ingin yang bertanggung jawab. Sudahkah engkau mampu bangun pagi sebelum adzan subuh berkumandang?
Ingin yang bergaji tinggi. Sudahkah engkau mampu berkarya untuk setidaknya uang jajan tak lagi mengais dari orang tua?

Lalu jika semuanya belum,
Adakah laki-laki terbaik yang mau denganmu?
Coba jelaskan padaku,
Dari sisi mana laki-laki harus mengagumimu?

Cantik paras?
Secantik-cantiknya kamu, laki-laki terbaik akan berfikir berulang kali jika satu-satunya kemampuanmu hanya dandan.

Teman, mari berfikir
Milikilah power agar laki-laki bisa menghargaimu
Karena sekali lagi, pernikahan adalah membangun cita bersama
Bukan pelampiasan

Jakarta, 25 Februari 2019


Teman Jauhmu,


Bella Ayu Candra

Kamis, 06 September 2018

Hulu Sang Dhuha

Lagi-lagi, masih kisah bertajuk SMA yang kumuat dalam tulisan ini.
Mereka bertiga adalah sohibku di kelas, ya saat itu kelas XII. Tapi ada yang aku lupa, ialah sehari berapa kali berganti mata pelajaran dan kapan waktu istirahat. Yang kuingat bahwa istirahat siang(itupun jika tak salah ingat), adalah pukul 12.30 dan kembali masuk pukul 14.00 sampai pukul 16.00.

Waktu istirahat setelah mata pelajaran pertama, aku selalu mencari kegiatan di kelas. Entah itu ikut nimbrung anak cowok nonton film barat bergenre action, ngomongin PTN bersama mereka, ikut selfie(hha dulu lagi doyan banget foto), nugas, atau jika sedang free aku lebih memilih buka laptop dan nonton drama Korea(virus nih emang drama Korea, tapi sekarang telah pensiun gaes. Dulu, bahkan di jam pelajaran dan ada sang guru pun aku masih sempatkan pasang headset ambil posisi strategis dan nonton drakor, gila emang dulu sampai guru pun tak lagi kuperhatikan, astaghfirullah. Dan gregetnya lagi, si Ribang ketua kelas kami malah ngadu ke guru yang sedang menerangkan materi di depan. Aku ingat sekali waktu itu pelajaran PAI oleh Ummi Hidayati. Serasa dibunuh kala itu wkwk. Tapi sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Kini kutelah pensiun dari drakor dan apapun yang berbau hiburan dari negeri tersebut).

Baiklah kita kembali ke benang merah. Jadi ketika jam istirahat itu, mereka bertiga yang selalu bergantian setiap harinya untuk ngajak sholat Dhuha ke masjid sekolah. Ya Allah jujur aku males banget sholat Dhuha. Gimana nggak males coba, letak masjidnya jauh banget dari RKB(Ruang Kegiatan Belajar) dari utara ke selatan coba tuh bayangin jauh banget kan?(Sinematis gak sih hhha). Meskipun aku sadar bahwa "Jauh Banget" adalah anggapan orang yang hatinya keras sepertiku hhe...

Syukurnya, mereka nggak ada yang pernah berhenti buat ngajak aku setiap harinya sih. Entah ya, aku beberapa kali berhasil menolak ajakan mereka(ya Allah aku menyedihkan banget ya kan hha), namun seringkali mereka berhasil "menyeret"ku ke masjid. Ada yang lebih menyedihkan menurutku, ialah sekalinya aku ikut Dhuha ke masjid bareng mereka, itu dikarenakan nggak enak hati aja sama mereka, dan sholatku pun hanya sekali dua kali salam, seingatku tak pernah salam sebanyak mereka hmm...

Dan semakin mendekati UN, seperti biasa kelas XII banyak jam kosong, pun banyak Try Out. Karena banyak jam kosong, kami kelas XII seringkali nongkrong di masjid sekolah. Ada yang menghabiskan waktu untuk tilawah, Dhuha, belajar untuk Try Out di jam siangnya, atau bahkan tidur-tiduran di masjid. Jadi mereka tak susah payah lagi "menyeret"ku ke masjid karena kegiatan kelas telah berpindah ke masjid. Dan pas KBM(Kegiatan Belajar Mengajar) siang, aku dan siapa ya waktu itu kalau tak salah sama Mbak Dew deh, kami bawa bantal kecil ke kelas ya Allah itu gokil abis hha. Inisiasi itu muncul karena kami mengerti bahwa nanti guru tidak masuk, sementara seluruh siswa tidak diijinkan berada di asrama selama jadwal KBM sedang berlangsung.

UN pun tiba, April 2015 akhirnya kami tinggalkan asrama dan lingkungan sekolah, mencari masing-masing penghidupan di Universitas impian(nungguin hasil SNMPTN).
Dan nyatanya setelah keluar dari asrama, tak ada lagi yang maksa Dhuha, tak ada lagi yang nyeret ke masjid, yaa pada akhirnya aku kehilangan omelan kalian. Aku tak tahu ini tindakan benar atau salah, namun seringkali Dhuhaku kini adalah bentuk wujud rinduku pada kalian, berharap bahwa dengan Dhuhaku yang compang-camping ini kalian tetap teraliri pahala karena sering ngomelin dan menyeretku dulu.

Aku tak pernah kehabisan alasan untuk bersyukur karena pernah 3 tahun seatap dengan kalian semua. Meski tidak adanya aku, pun tidak merugi juga bagi kalian. Namun bagiku, kalian(angkatan 13, semua guru, lingkungan religius berbalut militan) tak ternilai...

Jaga erat sahabat shalih/ah mu, karena mendapatkan yang seperti mereka itu sulit, namun melepaskan mereka itu betapa mudah.

Senin, 14 Mei 2018

Menghujam Langit, Y X G Kuy!


                Sering terdengar bahwa Allah itu lebih suka proses ketimbang hasil. Mencintai hambaNya yang tak pernah lelah dalam ikhtiar dan doa. Hingga tak jarang Allah pending kan pengabulan doa karena Allah sangat mencintai hambaNya yang senantiasa berdoa dan meminta. Dan salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah di sepertiga malam terakhir.
                Bagi sebagian orang, mungkin masih banyak yang kesulitan bangun tengah malam untuk melaksanakan qiyamul layl, atau bahkan terbangun namun tak mampu bangkit karena gravitasi kasur terlalu kuat untuk dikalahkan, jadilah hanya mematikan alarm dan tidur kembali. Bukan mendeskreditkan, namun memang benar bahwa kebiasaan itu perlu dibangun, dan butuh untuk dimulai, jadi bukan sekedar keinginan saja. Tetaplah pada keinginan, beranilah untuk memulai dan bertekadlah untuk kontinyu. Karena Allah mencintai orang-orang yang mau memulai perubahan pada yang lebih baik.
               
               Sebagiannya lagi ada yang mudah sekali bangun di sepertiga malam, meski tidur larut sekalipun tetap mampu bangun untuk qiyamul layl. Nah jika sudah sampai pada fase ini, banyak-banyaklah bersyukur karena Allah memudahkan hati dan langkah kaki untuk mampu bangun menengadah pinta padaNya.
                Membiasakan sesuatu yang belum pernah terbiasa sebelumnya, memang sulit. Namun tidak ada yang tidak mungkin. Kita sadar betul, keutamaan serta manfaat dari qiyamul layl sangatlah banyak dan menggiurkan. So, Y X G Kuy!
                Menyesal ketika terbiasa menunaikannya, namun sekali saja tertinggal, maka itulah nikmat yang tercabut dari ruh kita. Nikmat menikmati ibadah adalah karunia besar dari Allah. Namun jangan berkecil hati, karena rasa menyesal itu juga bagian dari nikmat. Itu artinya bahwa Allah menginginkan kita untuk hadir kembali dalam majelis langitNya, menjadi santri langitNya, meski sempat absen.
                Ketika membayangkan, saat kita sujud khusyu dengan benarnya, seakan-akan Allah mengucapkan kepada kita kalimat indah,”Wahai hambaKu, Aku mencintaimu dengan teramat sangat.”  Hellow, memangnya kita siapa hingga mampu membuat Allah mencintai kita. Seberharga apa kita di hadapan Allah, hanya sekedar makhluk kecil tak bernilai, banyak dosa pula.
Gemetar bercampur haru berafiliasi menjadi satu  kesatuan yang padu. Bahkan tidak ada satu katapun yang mampu mendefinisikan itu.
                Seorang bijak pernah berkata, “Apalagi untuk kemenangan dakwah, untuk kejayaan Islam. Demi berkibarnya panji-panji Muhammad dan demi tegaknya keadilan di muka bumi dan tersebarnya rahmat Allah. Bangunlah saudaraku di sepertiga malam terakhir. Ketuklah pintu langit. Jika berjuta tangan mengetuk untuk satu tujuan, satu keinginan, akan terasa kuat getarannya. Dan Allah tidak pernah mengingkari janji.”
                Bukan untuk sekedar keinginan pribadi. Namun untuk menopang bangkitnya ummat, doa kita memang benar-benar harus mampu menghujam langit Allah. Karena hanya orang-orang terpilih saja yang mampu bangkit dari lelap dan nikmatnya tidur, demi menemui Sang Kekasih paling setia. So, Y X G Kuy!

Minggu, 03 Desember 2017

Menelisik


Hari-hari kini berselimut hujan, rintik dan bahkan dalam sehari bisa dikatakan tak terlewati tanpa turunnya bulir-bulir air. Menjadi suatu anugerah tersendiri bagi makhluk-makhluk yang merindukan datangnya zat bersifat cair tersebut. Sebagai pecinta hujan, tetap bahagia layaknya kapal yang tak pernah meninggalkan lautnya meskipun keadaan sedang pasang. Mencari tantangan dalam ombak-ombak yang kian meninggi, hingga akhirnya mendermaga atau bahkan tenggelam sebelumnya.

Seperti itulah kehidupan. Terandaikanlah seperti hujan, laut pun kapal jua. Ada pelajaran dalam tiap-tiap mili meternya, ada ilmu dalam tiap deru kerasnya suara ombak, dan ada hikmah dari lembar-lembar hempasan angin. Tergantung dari sudut pandang sebagai siapa kita menilai, bijak dan dewasa atau malah bersikap childish alias kekanak-kanakan.

Bicara tentang dewasa dan kedewasaan, sebenarnya diri ini sangat merasa belum pantas bahkan untuk sekedar menuliskannya. Karena pada realitanya, sifat itu masih terlalu jauh untuk digapai oleh diri yang teramat lalai ini. Seakan mampu menasihati orang lain, namun tak mampu menasihati diri sendiri. Tapi biarlah, semoga dengan ini Allah berkenan.

Salah satu pelajaran, ilmu dan hikmah yang bisa aku ambil dalam dinamika hidup selama beberapa minggu kali ini adalah lembutnya hati. Kelembutan hati seseorang, bisa sangat menentukan kadar kedewasaannya. Lembut hati bukan berarti bersikap lunglai lemah dalam bertindak, namun lembut dalam cara berfikir dan menentukan solusi.

Dan saat dirasa hati sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, maka yang aku yakini adalah bahwa pasti aku tengah berada dalam kondisi yang dimana komunikasi dan interaksiku terhadap Allah mengalami penurunan. Iya, ini versiku, mungkin juga sama dengan pembaca.

Sebenarnya, semua terletak pada kejujuran. Maukah kita jujur pada diri sendiri dan mengakui bahwa kita sedang dalam keadaan yang tak benar. Inilah hal yang paling sulit untuk dilakukan, introspeksi atau biasa disebut dengan muhasabah. Merendah diri dengan serendah-rendahnya kepada Allah semata, merendah hati dengan serendah-rendahnya kepada sesama makhluk ciptaan. (Merendah diri dan merendah hati jangan kebalik ya viewers)

Keindahan hidup terdapat pada segumpal hati penentu seonggok sikap diri. Maka jika yang segumpal itu sakit, seonggok diri pun akan menampakkannya entah dengan cara apapun. Ditutupi, tetap terlihat juga karena yang seonggok mengikuti yang segumpal.

Astaghfirullah, diri ini terlalu terlena dan kurang muraqabatullah serta bertaqarrub. Memanjakan hati berlebihan dan mengikuti hawa nafsu. Maka kedamaian hati perlu dibangun lagi, setelahnya pun perlu penjagaan kemudian juga perawatan.

Intinya sahabat, yang paling berperan dalam penurunan kualitas ibadah adalah maksiat. Dia(maksiat) adalah investor terbesar dalam hal ini. Maka bagi hati-hati yang masih tenang tentram dan damai, jaga komunikasi vertikal(Allah) dan horizontal(sesama makhluk) sebaik mungkin, dan jangan beri sedikitpun celah maupun kesempatan pada apa-apa yang ingin merobohkan benteng pertahanan yang telah susah payah telah dibangun...

Semoga Bermanfaat:)
Photo By Me
@ Bandar Udara Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan, Oktober 2015

Selasa, 23 Mei 2017

Si Mungil Kaos Kaki Part 2

Pagi itu, cerah seperti pagi-pagi biasanya. Keluar dari asrama pukul 06.00 AM, langsung menuju zona kebersihan kelas masing-masing dan dilanjut dengan apel pagi sebelum masuk ke kelas untuk KBM atau biasa disebut dengan Kegiatan Belajar Mengajar.

Tapi berbeda dengan kami yang saat itu sekitar 15 orang. Kami berlimabelas tidak menuju ke ruang kegiatan belajar mengajar atau biasa disebut dengan singkatan RKB, melainkan pergi ke GOR(Gedung Olahraga) di pusat kota Kayuagung. Yuppss, saat itu kami berlimabelas mewakili SMA tercinta, SMAN 3 Unggulan Kayuagung untuk lomba olahraga tradisional tingkat kabupaten Ogan Komering Ilir.

3 cabang olahraga yang masing-masingnya adalah Hadang, Terompah Panjang dan Egrang. Mungkin sebagian besar dari pembaca, tak mengerti ketiga cabang olahraga tersebut. Yah maklum, itu olahraga tradisional. Aku bersama 6 teman perempuan yang lain mengikuti cabang olahraga tradisional hadang, dan selebihnya mengikuti di cabang olahraga tradisional yang lain.

Saat beraksi pun tiba. 2 pembina sekaligus guru olahraga di SMAku menjadi salah satu penyemangat, ditambah beberapa teman lain di cabang olahraga yang berbeda. Dan 7 perempuan tangguh ini sedang show up dengan totalitasnya. Namun kami merasa sedikit terkendala, menurut temanku permainan itu terlalu berat jika dengan mengenakan sepatu, Alhasil, kita melepas sepatu dan hanya memakai kaos kaki saja. Dan ternyata, shift selanjutnya lebih terasa berat menurutku. Bagaimana tidak, medan pertempuran memakai lapangan futsal yang begitu amat licin jika tak mengenakan sepatu.

Akhirnya kami berembuk kembali, dan keputusan adalah dengan melepas kaos kaki. Itu artinya bahwa aku pun juga harus melepas kaos kakiku. Awalnya aku tak mau, dan aku tetap memilih memakai kaos kaki. Tapi apa daya, dari timku sendiri tak ada yang menahanku untuk tetap aku mengenakannya dan bilang bahwa dibuka untuk event kali ini saja. Ahhhh akupun mengiyakannya...

2  teman laki-laki SMAku yang saat itu adalah juga peserta Egrang, menjadi penonton sekaligus supporter buat kami. Aku menepi dari lapangan dan mengambil posisi jongkok berdekatan dengan tempat mereka duduk. Celana training sudah aku singkapkan, hendak melepas kaos kaki yang aku kenakan. Ahhh aku sedikit menitikkan air mata kala itu, untuk pertama kalinya aku harus membuka kaos kaki setelah aku berazzam untuk istiqomah memakainya.

2 teman laki-laki tadi, mereka adalah Tri Bayuaji dan Taufik Hidayat. Mereka terhenyak ketika melihatku menyingkapkan training dan hendak melepas kaos kaki. Dengan nada tegasnya, mereka berusaha menghentikanku untuk melakukan hal itu. Kalimat-kalimat pamungkas dan kalimat-kalimat penguat pun silih berganti keluar mereka ucapkan padaku untuk tidak melepas kaos kaki apapun yang terjadi.

Dan entahlah, salah satu kalimat yang sangat aku ingat adalah yang diucapkan Triba, "Bell ingat perjuanganmu selama ini dengan kaos kaki itu. Memangnya kamu semudah itu mau buka lagi meskipun sebentar. Yang memenangkan event ini bukan kita, melainkan Allah. Fikirkan lagi Bell. Yang jelas, kami berdua sama sekali ngga setuju kalo kamu melepasnya".

Ahhh air mata yang tadinya hanya sekedar menjadi kaca-kaca, kelopakku tak mampu membendung dan akhirnya mengalir sedikit lebih deras. Bukan apa yang aku tangisi, tapi kepedulian merekalah yang aku banggakan hingga tak mampu menahan butiran airmata,, ceilahhh kan aku jadi rindu mereka...

Okehhh, aku mengurungkan niatku melepas kaos kaki dan kemudian kembali ke lapangan untuk melanjutkan permainan. Yappp, kaos kaki masih kukenakan dan aku tambahkan sepatu biar tak terlalu licin saat beraksi di lapangan. Sembari berlari memainkan perlombaan, aku masih merenungkan apa yang barusan terjadi. Yahh, aku sadar semuanya. Lagipula gerakku juga sama sekali tak terbatasi sedikitpun meski tetap pakai sepatu, tapi memang agak sedikit berat deng, yahh memang akunya yang membatasi diri hhe dan alhamdulillah, perlombaan tingkat kecamatan itu manghantarkan kami sampai pada tingkat nasional yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan 2015 lalu...

Lagi-lagi kaos kaki, peristiwa kaos kaki semuanya terjadi ketika aku masih di kelas XI. Hikmah yang bisa aku ambil adalah bahwa aku meyakini ini semua dari Allah untuk menguji seberapa kuat tekadku pada kaos kaki ini...

Rabu, 18 Januari 2017

Kenali Allah dengan Lebih

Siang ini cukup cerah. Tak terasa panas memang, namun juga tak mendung. Kuawali hari dengan penuh semangat. Yah, entah kenapa hari ini aku begitu tenang. Lega atas semua problematika yang aku hadapi kini. Bukan berarti bahwa karena semua kendala yang ada sudah tersolusikan dan selesai, hanya saja aku menikmati dengan ada bahkan banyaknya kerikil-kerikil di depan.

Aku menerima semuanya. Karena aku yakin, Allah tak akan menghadirkan sesuatu yang sia-sia pada hambaNya. Bisa jadi ini adalah proses pendewasaan untukku, atau lebih kepada betapa Allah teramat mencintaiku sehingga memberikan ujian sedemikian ini. Hamba mana yang tak berbahagia jika Rabbnya begitu mengasihinya. Ahhh selama ini aku terlalu banyak bersuudzon padaNya. Terlalu sering mengeluh, dan mungkin justru terlau sering membuang hikmah dari setiap peristiwa yang ada.

Manusia, yang sejatinya selalu menginginkan semua yang diinginkan dapat terpenuhi. Padahal, Allah selalu menjamin setiap apa yang dibutuhkan oleh hambaNya. Apalagi untuk hamba-hambaNya yang senantiasa bersyukur dan menjaga ketaatan padaNya. Semakin taat, maka semakin tinggi pula level "soal" ujian yang Dia berikan.

Tugas kita sebagai hambaNya, tak lain hanyalah bersyukur dalam setiap keadaan. Namun tetap saja, pengupayaan terbaik juga sangat berperan disini. Mencoba mencari-cari kelemahan diri, merenungi dan mencari solusi terbaik atasnya adalah salah satu metode yang aku lakukan untuk dapat dengan mudah menerima semuanya dengan "legowo".

Hati manusia tidak ada yang tahu, kecuali orang itu sendiri dan Allah Sang Pemilik segalanya. Seberapa keras dan seberapa lembut hati, hakikatnya dapat diukur dari seberapa jauh diri ini mengenal Allah. Semakin kita mengenal Allah, maka kita akan semakin dapat menerima semua ketentuan Allah atas kita.

Oh Allah.. Saat diri mengenalmu lebih dalam, aku percaya bahwa akan Engkau hadirkan mutiara-mutiara hikmah dan kebahagiaan sebagai hadiah darimu. Entah segera, atau Engkau tahan sampai nanti di jannahMu, InsyaAllah... ~ AUD ~
Surat Dari Saudara Kita Di Kepulauan Riau.
======================

_Assalamualaikum akhi,_

Bagaimana kabar antum...?
Ana sering lihat antum posting tentang Ahok, Cina atau apapun itu namanya yg berkaitan tentang ancaman bagi negara & khususnya umat Islam.

Ana salut pada antum, bagaimana rasanya ghiroh itu, rasa itulah yang ana rasakan 1/2 tahun silam.
Yang pada saat itu ana sampai melontarkan kata kepada kedua orang tua bahwa ana mungkin tak kembali ke tanah kelahiran lagi, saat ini semua orang hanya berfokus tentang Cina & Jakarta.
Mereka tak pernah membahas bagaimana kami yang ada di KEPULAUAN RIAU.

InsyaAllah besok adalah penerbangan perdana pesawat dari Tanjung pinang (tempat tinggal ana sekarang) ke beberapa kota di Cina atau sebaliknya, sementara disisi lain di Tanjung Balai Karimun (pulau dekat Batam) pasukan Syiah telah mengirim beberapa anggotanya untuk menduduki Tanjung pinang.

Secara skala Nasional program migrasi besar2an dari Cina makin jelas dengan dibukanya rute penerbangan dari Tanjungpinang ke Cina & makin jelas pula kebangkitan Komunis di Indonesia.
Belum lagi ditambah dengan klaim pemerintah Cina terhadap pulau Natuna (bagian dari Prov.Kepri) yang secara rahasia masih memanas....

_Kami muslim di Tanjung pinang sebagiannya sudah siap untuk perang secara fisik akhii...mau tidak mau ana juga pasti terlibat di dalamnya._
•.
Tolong doa kan kami senantiasa akhii, target 2017 perang melawan Cina & Komunis, teman yg lagi dekat dg ana saat ini adalah salah satu dari anggota Komunis, katanya mereka hanya tinggal nunggu perintah dari atasan saja, kami minta doanya akhi agar kami mampu memenangkan ini....
•.
Sungguh tidak akan datang kiamat sampai keluarnya panji-panji hitam datang dari arah Timur, apakah kita termasuk bagian darinya ?

Akhi tolong kasih tau teman-teman antum yg ada di sana tentang keadaan kami, agar mereka mengerti bahwasannya mereka bukan tinggal di negara yang aman....

Dan Jika kalian hari ini masih melihat indonesia dalam keadaan tentram damai tidak seperti di belahan timur palestina dan suriah saudara2 kita sedang mengalami peperangan, maka ketahuilah bahwa yg akan terjadi di indonesia kelak jauh lebih dahsyat dari yg terjadi di palestina dan suriah, karena musuh2 kita sekarang ini sedang menyusun rencana besar.

15 jt kader PKI di Indonesia siap menghancurkan islam.

5 jt orang orang syiah di indonesia siap merontokan islam ahlusunah waljamaah.

Jutaan orang2 yahudi siap habisi muslim indonesia

Puluhan juta orang orang sekuler alias islam munafiq siap bantu kader pki dan syiah dalam aksinya

Ratusan pejabat dan petinggi2 negara dan penegak hukum tak berdaya alias luluh lantah menghadapi uang suap milyaran dari mereka.

DANA RIBUAN TRILYUN sudah disiapkan oleh mereka untuk usir 200 jt lebih ummat islam dari bumi nusantara.

190 juta muslim indonesia belum tahu dan belum sdar bahwa negeri ini sedang dijajah bahkan hampir sdah jatuh sama mereka PKI-CINA, SYIAH, YAHUDI, SEKULERISME.

Tugas anda berat wahai sahabat2ku, sadarkan dan kasih tahu 190 jt muslim saudara2 kita yg saat ini masih asik dengan mainannya : asik dengan kerjaanya, asik dng TVnya. Asik travelingnya, asik dgn dunia nya dan menjauh dari agama.

_Jazakallah khair akhi,_
_Wassalam_
____________________
[17/12 23:16]


Wallahu A'lam Bishawab, marilah kita doakan saja yang terbaik bagi saudara-saudara kita dimanapun berada


No Name