Selasa, 26 Februari 2019

OTAKKU TAK SAMPAI

Berkelut mentari, berbaur senja
Demikianlah keseharianku
Tetiba kulihat wanita seusiaku
Meraung rintih menanti kasih

Oh Tuhan, adakah aku terlalu egois?
Atau fikiran mereka yang amat sempit?
Kudengar mereka hijrah, namun memaksa datangnya kasih?
Sungguh tak sampai otakku berfikir

Apakah mereka kira,
Menikah adalah satu-satunya pintu bahagia?
Kudengar dari ibuku, menikah adalah pintu permasalahan
Aku tak benar-benar yakin mereka siap
Atau sebenarnya hanya ikut-ikutan?

Aku penasaran, apakah kesiapan itu telah benar-benar ada?
Untuk segala hal termasuk kemungkinan terbaik, bahkan terburuk sekalipun?
Jika suaminya diPHK misalnya? Anak yang rewel?
Bahkan seandainya sang suami "nakal"?

Tak ada yang ingin dapat suami demikian
setiap wanita pasti mendamba sosok terbaik,
Aku tahu itu
Namun pertanyaannya, pantaskah engkau mendapat yang terbaik?

Ingin yang sholeh, katanya. Sudahkah engkau sholeha?
Ingin yang bertanggung jawab. Sudahkah engkau mampu bangun pagi sebelum adzan subuh berkumandang?
Ingin yang bergaji tinggi. Sudahkah engkau mampu berkarya untuk setidaknya uang jajan tak lagi mengais dari orang tua?

Lalu jika semuanya belum,
Adakah laki-laki terbaik yang mau denganmu?
Coba jelaskan padaku,
Dari sisi mana laki-laki harus mengagumimu?

Cantik paras?
Secantik-cantiknya kamu, laki-laki terbaik akan berfikir berulang kali jika satu-satunya kemampuanmu hanya dandan.

Teman, mari berfikir
Milikilah power agar laki-laki bisa menghargaimu
Karena sekali lagi, pernikahan adalah membangun cita bersama
Bukan pelampiasan

Jakarta, 25 Februari 2019


Teman Jauhmu,


Bella Ayu Candra