Lagi-lagi, masih kisah bertajuk SMA yang kumuat dalam tulisan ini.
Mereka bertiga adalah sohibku di kelas, ya saat itu kelas XII. Tapi ada yang aku lupa, ialah sehari berapa kali berganti mata pelajaran dan kapan waktu istirahat. Yang kuingat bahwa istirahat siang(itupun jika tak salah ingat), adalah pukul 12.30 dan kembali masuk pukul 14.00 sampai pukul 16.00.
Waktu istirahat setelah mata pelajaran pertama, aku selalu mencari kegiatan di kelas. Entah itu ikut nimbrung anak cowok nonton film barat bergenre action, ngomongin PTN bersama mereka, ikut selfie(hha dulu lagi doyan banget foto), nugas, atau jika sedang free aku lebih memilih buka laptop dan nonton drama Korea(virus nih emang drama Korea, tapi sekarang telah pensiun gaes. Dulu, bahkan di jam pelajaran dan ada sang guru pun aku masih sempatkan pasang headset ambil posisi strategis dan nonton drakor, gila emang dulu sampai guru pun tak lagi kuperhatikan, astaghfirullah. Dan gregetnya lagi, si Ribang ketua kelas kami malah ngadu ke guru yang sedang menerangkan materi di depan. Aku ingat sekali waktu itu pelajaran PAI oleh Ummi Hidayati. Serasa dibunuh kala itu wkwk. Tapi sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Kini kutelah pensiun dari drakor dan apapun yang berbau hiburan dari negeri tersebut).
Baiklah kita kembali ke benang merah. Jadi ketika jam istirahat itu, mereka bertiga yang selalu bergantian setiap harinya untuk ngajak sholat Dhuha ke masjid sekolah. Ya Allah jujur aku males banget sholat Dhuha. Gimana nggak males coba, letak masjidnya jauh banget dari RKB(Ruang Kegiatan Belajar) dari utara ke selatan coba tuh bayangin jauh banget kan?(Sinematis gak sih hhha). Meskipun aku sadar bahwa "Jauh Banget" adalah anggapan orang yang hatinya keras sepertiku hhe...
Syukurnya, mereka nggak ada yang pernah berhenti buat ngajak aku setiap harinya sih. Entah ya, aku beberapa kali berhasil menolak ajakan mereka(ya Allah aku menyedihkan banget ya kan hha), namun seringkali mereka berhasil "menyeret"ku ke masjid. Ada yang lebih menyedihkan menurutku, ialah sekalinya aku ikut Dhuha ke masjid bareng mereka, itu dikarenakan nggak enak hati aja sama mereka, dan sholatku pun hanya sekali dua kali salam, seingatku tak pernah salam sebanyak mereka hmm...
Dan semakin mendekati UN, seperti biasa kelas XII banyak jam kosong, pun banyak Try Out. Karena banyak jam kosong, kami kelas XII seringkali nongkrong di masjid sekolah. Ada yang menghabiskan waktu untuk tilawah, Dhuha, belajar untuk Try Out di jam siangnya, atau bahkan tidur-tiduran di masjid. Jadi mereka tak susah payah lagi "menyeret"ku ke masjid karena kegiatan kelas telah berpindah ke masjid. Dan pas KBM(Kegiatan Belajar Mengajar) siang, aku dan siapa ya waktu itu kalau tak salah sama Mbak Dew deh, kami bawa bantal kecil ke kelas ya Allah itu gokil abis hha. Inisiasi itu muncul karena kami mengerti bahwa nanti guru tidak masuk, sementara seluruh siswa tidak diijinkan berada di asrama selama jadwal KBM sedang berlangsung.
UN pun tiba, April 2015 akhirnya kami tinggalkan asrama dan lingkungan sekolah, mencari masing-masing penghidupan di Universitas impian(nungguin hasil SNMPTN).
Dan nyatanya setelah keluar dari asrama, tak ada lagi yang maksa Dhuha, tak ada lagi yang nyeret ke masjid, yaa pada akhirnya aku kehilangan omelan kalian. Aku tak tahu ini tindakan benar atau salah, namun seringkali Dhuhaku kini adalah bentuk wujud rinduku pada kalian, berharap bahwa dengan Dhuhaku yang compang-camping ini kalian tetap teraliri pahala karena sering ngomelin dan menyeretku dulu.
Aku tak pernah kehabisan alasan untuk bersyukur karena pernah 3 tahun seatap dengan kalian semua. Meski tidak adanya aku, pun tidak merugi juga bagi kalian. Namun bagiku, kalian(angkatan 13, semua guru, lingkungan religius berbalut militan) tak ternilai...
Jaga erat sahabat shalih/ah mu, karena mendapatkan yang seperti mereka itu sulit, namun melepaskan mereka itu betapa mudah.
Kamis, 06 September 2018
Senin, 14 Mei 2018
Menghujam Langit, Y X G Kuy!
Sering terdengar bahwa Allah itu lebih suka proses ketimbang
hasil. Mencintai hambaNya yang tak pernah lelah dalam ikhtiar dan doa. Hingga
tak jarang Allah pending kan
pengabulan doa karena Allah sangat mencintai hambaNya yang senantiasa berdoa
dan meminta. Dan salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah di sepertiga
malam terakhir.
Bagi
sebagian orang, mungkin masih banyak yang kesulitan bangun tengah malam untuk
melaksanakan qiyamul layl, atau bahkan terbangun namun tak mampu bangkit karena
gravitasi kasur terlalu kuat untuk dikalahkan, jadilah hanya mematikan alarm
dan tidur kembali. Bukan mendeskreditkan, namun memang benar bahwa kebiasaan
itu perlu dibangun, dan butuh untuk dimulai, jadi bukan sekedar keinginan saja.
Tetaplah pada keinginan, beranilah untuk memulai dan bertekadlah untuk
kontinyu. Karena Allah mencintai orang-orang yang mau memulai perubahan pada
yang lebih baik.
Membiasakan
sesuatu yang belum pernah terbiasa sebelumnya, memang sulit. Namun tidak ada
yang tidak mungkin. Kita sadar betul, keutamaan serta manfaat dari qiyamul layl
sangatlah banyak dan menggiurkan. So, Y X G Kuy!
Menyesal
ketika terbiasa menunaikannya, namun sekali saja tertinggal, maka itulah nikmat
yang tercabut dari ruh kita. Nikmat menikmati ibadah adalah karunia besar dari
Allah. Namun jangan berkecil hati, karena rasa menyesal itu juga bagian dari
nikmat. Itu artinya bahwa Allah menginginkan kita untuk hadir kembali dalam
majelis langitNya, menjadi santri langitNya, meski sempat absen.
Ketika
membayangkan, saat kita sujud khusyu dengan benarnya, seakan-akan Allah
mengucapkan kepada kita kalimat indah,”Wahai hambaKu, Aku mencintaimu dengan
teramat sangat.” Hellow, memangnya kita
siapa hingga mampu membuat Allah mencintai kita. Seberharga apa kita di hadapan
Allah, hanya sekedar makhluk kecil tak bernilai, banyak dosa pula.
Gemetar bercampur haru
berafiliasi menjadi satu kesatuan yang
padu. Bahkan tidak ada satu katapun yang mampu mendefinisikan itu.
Seorang
bijak pernah berkata, “Apalagi untuk
kemenangan dakwah, untuk kejayaan Islam. Demi berkibarnya panji-panji Muhammad
dan demi tegaknya keadilan di muka bumi dan tersebarnya rahmat Allah. Bangunlah
saudaraku di sepertiga malam terakhir. Ketuklah pintu langit. Jika berjuta
tangan mengetuk untuk satu tujuan, satu keinginan, akan terasa kuat getarannya.
Dan Allah tidak pernah mengingkari janji.”
Bukan
untuk sekedar keinginan pribadi. Namun untuk menopang bangkitnya ummat, doa
kita memang benar-benar harus mampu menghujam langit Allah. Karena hanya
orang-orang terpilih saja yang mampu bangkit dari lelap dan nikmatnya tidur,
demi menemui Sang Kekasih paling setia. So, Y X G Kuy!
Langganan:
Postingan (Atom)